Wednesday, January 9, 2013

Riiliti



Kadang kita harus sadar kalau kita sekarang ada di realita. Bahwa kita belum mengenggam apapun sekarang. Bahwa keberhasilan kemarin adalah ilusi. Bahwa tawaan semalam di warung kopi hanya ilusi. Bahwa realitanya kita sendiri, aku sendiri, kamu sendiri. Sesendirinya kendali lirikan matamu akan pembacaan tulisan ini.

Realitanya yang kamu tanggungjawabi hanyalah dirimu sendiri. Realitanya yang kamu perjuangkan akhirnya hanyalah dirimu sendiri. Dan ketika di padang megah masyar nanti yang dihitung perbuatan kita sendiri.

Perbuatan kita sendiri kepada diri sendiri dan orang lain.

Realita kadang menentang harapan. Berharap itu boleh, tapi jika realita yang diinginkan belum tercapai berarti cara yang dilakukan masih belum pas. Dan berharap akan harapan tanpa realita kekinian untuk bergerak mencari cara terbaik sama saja naif. Pada realitanya masalah diri kita hanya bersumber dari diri kita sendiri, harapan yang kadang terlalu jauh sementara bergerak saja tidak. Expect less.

Semua orang bergumam tentang kepemimpinan orang mereka, memilih iya, membantu tidak. Membantu yang maksimal maksudnya. Mau banget dimengerti orang lain?

Realitanya sholat hanya setiap jumat tapi minta saja segede alphard. Give more.



Pada pengharapannya bekerja harus menurut kesukaan kecintaan pada bidang itu, realitannya hanya sedikit yang berani menantang hari untuk mendapatkannya. Hanya sedikit yang mengambil resiko untuk itu. Penjual pulsa di jalan c simanjuntak ini lumayan nyentrik, motornya 250cc, kalo lagi nunggu konter dia pegangnya laptop. Tv dibelakang itu LCD, siarannya TV kabel. Kata Deni passionnya mungkin jual pulsa.



Realitannya cinta hanya berisikan kepercayaan dan keikhlasan. Mereka berdua selalu berjalan berdua setiap pagi setiap sore bergandengan mereka-reka jalan. Realitanya komitmen adalah indah berakhirnya. Sang istri tidak pernah menyalahkan sang pengemudi jika salah jalan karena mereka sadar bahwa mereka mempunyai kekurangan yang tidak ada gunanya untuk digunjingkan karena jika kekurangan mulai digali maka tidak akan habis. Mereka memilih untuk tetap bersyukur mengasihi apa yang ada, berkasihterimakan tangan yang bisa berjabat menggandeng dengan hangat penuh caya dan ikhlas. Tidak ada yang lebih syahdu. Bersyukurlah.

Mengeluhlah sesuka mulut karena realitanya keluhmu melemahkanmu walaupun akan bahagia barang sesaat. Karena ketika kita masih mengeluh tentang apa yang terjadi, kita belum benar tahu realita apa yang ada dibaliknya.

Mari berpikir, semuanya turun beralasan. Tuhan bersama mereka yang mau berusaha menempuh realita terbaik dalam hidupnya bukan mereka yang keluh kesah galau keraguan. Expect less. Mengertilah orang lain terlebih dahulu. Give more. Tantang harimu. Bersyukur. Berbahagialah.

No comments:

Post a Comment