Kadang kita harus sadar kalau
kita sekarang ada di realita. Bahwa kita belum mengenggam apapun sekarang.
Bahwa keberhasilan kemarin adalah ilusi. Bahwa tawaan semalam di warung kopi
hanya ilusi. Bahwa realitanya kita sendiri, aku sendiri, kamu sendiri.
Sesendirinya kendali lirikan matamu akan pembacaan tulisan ini.
Realitanya yang kamu
tanggungjawabi hanyalah dirimu sendiri. Realitanya yang kamu perjuangkan akhirnya
hanyalah dirimu sendiri. Dan ketika di padang megah masyar nanti yang dihitung perbuatan
kita sendiri.
Perbuatan kita sendiri kepada
diri sendiri dan orang lain.
Realita kadang menentang harapan.
Berharap itu boleh, tapi jika realita yang diinginkan belum tercapai berarti cara
yang dilakukan masih belum pas. Dan berharap akan harapan tanpa realita kekinian
untuk bergerak mencari cara terbaik sama saja naif. Pada realitanya masalah
diri kita hanya bersumber dari diri kita sendiri, harapan yang kadang terlalu
jauh sementara bergerak saja tidak. Expect less.
Semua orang bergumam tentang
kepemimpinan orang mereka, memilih iya, membantu tidak. Membantu yang maksimal
maksudnya. Mau banget dimengerti orang lain?
Realitanya sholat hanya setiap
jumat tapi minta saja segede alphard. Give more.
Pada pengharapannya bekerja harus
menurut kesukaan kecintaan pada bidang itu, realitannya hanya sedikit yang
berani menantang hari untuk mendapatkannya. Hanya sedikit yang mengambil resiko
untuk itu. Penjual pulsa di jalan c simanjuntak ini lumayan nyentrik, motornya
250cc, kalo lagi nunggu konter dia pegangnya laptop. Tv dibelakang itu LCD,
siarannya TV kabel. Kata Deni passionnya mungkin jual pulsa.
Realitannya cinta hanya berisikan
kepercayaan dan keikhlasan. Mereka berdua selalu berjalan berdua setiap pagi
setiap sore bergandengan mereka-reka jalan. Realitanya komitmen adalah indah
berakhirnya. Sang istri tidak pernah menyalahkan sang pengemudi jika salah
jalan karena mereka sadar bahwa mereka mempunyai kekurangan yang tidak ada
gunanya untuk digunjingkan karena jika kekurangan mulai digali maka tidak akan
habis. Mereka memilih untuk tetap bersyukur mengasihi apa yang ada,
berkasihterimakan tangan yang bisa berjabat menggandeng dengan hangat penuh
caya dan ikhlas. Tidak ada yang lebih syahdu. Bersyukurlah.
Mengeluhlah sesuka mulut karena
realitanya keluhmu melemahkanmu walaupun akan bahagia barang sesaat. Karena
ketika kita masih mengeluh tentang apa yang terjadi, kita belum benar tahu realita
apa yang ada dibaliknya.
Mari berpikir, semuanya turun
beralasan. Tuhan bersama mereka yang mau berusaha menempuh realita terbaik
dalam hidupnya bukan mereka yang keluh kesah galau keraguan. Expect less.
Mengertilah orang lain terlebih dahulu. Give more. Tantang harimu. Bersyukur.
Berbahagialah.
No comments:
Post a Comment