Wednesday, June 27, 2012

Dare to Be Different


Kenapa ada orang yang nggak berani membuat perbedaan. Takut dan khawatir. Takut kepada resiko yang dibuat. Khawatir terhadap hasil yang didapatkan. Padahal tak ada sesuatu yang tidak memiliki resiko. Cuma kita nggak memikirkannya saja. Contohnya aja makan, makan punya resiko: keracunan terus sakit, tersedak masuk saluran tenggorokan terus mati. Resiko bung. Kita hanya tidak memikirkannya, jadi itu tidak akan terjadi. Berani aja, salah itu membuat jadi lebih baik.

Love,
Author.

Monday, June 18, 2012

Keep It Simple

Hari minggu itu hari memakmurkan diri. Perut kenyang, hati senang, dan mandi cuma sekali. Asek. Hari makmur edisi 16 Juni aku ke Solo. Belilah aku gorengan di tempat yang katanya legendaris, bapak cerita suka ke situ dulu sebelum pulang nganter ibuk pulang ke rumah. Eaaa. Emang rasanya enak, nggak usah pake banget. Yang mau nyobain, tempatnya di Keprabon jejernya miroso. Ditengah-tengah beli, ada seorang ibu dan anaknya yang digendong beli disitu. Anaknya gembira banget dan nunjuk-nunjuk gorengan yang dia minta, begitu dapet sumringahlah dia. Semudah itu mendapat kebahagiaan.

Semudah itu mendapat kebahagiaan. Pengen, dateng, dapet, makan, bahagia. Emang pada dasarnya hidup itu sederhana. Tapi semakin tua hidup itu semakin rumit. Rumit karena kita yang bikin itu rumit. Banyak hal yang tidak perlu dilakukan dan itu kita lakukan.

Padahal ini cuma tentanh 'aksi-reaksi' lho. Kamu yang tanam kamu yang tuai. Kamu yang beri kamu yang menerima. Kamu yang cinta dia yang menolak. Eaaa galau meneeeh. Kalau kamu ingin sesuatu yang baik dalam hidupmu, ya lakukan sesuatu yang baik keorang lain. Entah kamu akan dapet balesannya semenit kemudian, sebulan kemudian, nanti sore, atau lusa pagi itu urusan nanti, yang penting bakal dapet.

Karena ukuran simpel tiap orang itu beda, sebelum lanjut kita samakan cinta eh persepsi dulu. 'Cara yang paling gampang untuk mencapai tujuan kita', oke? Sesuaikan saja pada masalah. Contoh, kalau makan laper, ga usah ngetweet segala 'lapeeerr beuuudh nii' atau 'makaaaan aku butuh makaaaan', kalau tujuannya buat kasih kode ke pacarmu sih nggak papa. Nah kebanyakan sih enggak. Nggak akan ngefek ke perutmu. Mau kamu ngetweet pake dinomerin sampe 9875, nggak bakal kenyang. Laper udah makan. Selesai. Nggak sampe 9875.

Sesuatu yang udah terjadi itu nggak bakal bisa dirubah. Karena prinsipnya, cieleh prinsip, 'waktu dan ruang itu tidak bisa ditawar'. Pas kita ngomongin orang biar berubah, selama ngomongin masih di belakang bakal berhasil kalo udah cerita ke 9875 orang, dan orang ke 9875 yang kita ceritain itu, diri dia sendiri. Udah ngomong aja langsung baik-baik selesai. Repot.

Di dunia ini semuanya punya kebalikan, sukses gagal, kaya miskin, kenyang laper, mandi nggak mandi. Simpelnya bikin kita sukses itu, kalo kita masih gagal lakukan saja kebalikan dari apa yang kita lakukan. Kalo mau juara tapi males latian, lakukan kebalikannya. Kalo mau bersih tapi nggak mandi, mandi. Kalo mau sehat tapi nggak olahraga, olahraga. Tapi nggak berlaku untuk semua wahahaha.

Sesungguhnya senang itu mudah asal kita appreciate every little things. Keep it simple!

Bukan penulis ke-9875,
Author.

Let The Story End


Halah dari judulnya udah galau. Tapi ini galau bahagia. Sabtu malem tanggal 15 Juni prom night. Dan aku juga jadi panitia, sie desain eh acara. Mulai mbuat 2 bulan lalu. Sebelom UNAS dan klimaks acaranya hari ini. Dan klimaks dari klimaks acaranya, balon yang terbang ‘sebuah kisah klasik untuk masa depan’. Life is good life is awesome.

Dan ini berjalan seru dan ehm, kenyang. Jenenge wong enom, hamper semua nyanyi bareng di depan panggung wahahaha. Itu jarang. Itu ajaib. Itu menyenangkan. Itu mengangenkan. Konsep YOLO berlaku sekali malam ini. Bukan YOLO, tapi YOSHSO. Iyo, artike dewe, mekso yo ben.

Semacam semua memori keluar semua. Semacam semua ketawa keinget semua. Semacam semua teman begitu sempurna. Semacam ini semua tidak mau berakhir. Semua damai semua senang. Ga ada yang otot bibirnya kaku.

Walaupun nggak semua seangkatan ikut. Nggak apalah mereka punya ‘cara  untuk berpisah’ sendiri. Yang jelas kita masih satu keluarga, smaven 2012, wibhakta XXVII.

Terus mikir, buat apa ya dulunya saling ngotot kalau disini satu otot suara untuk satu lagu yang dinyanyikan bareng. Nggak lemes nggak santai, yang hidupnya serius, yang hidupnya cuntel, semua masukin hati semua dimakan mentah, yang semua ingin berjalan dengan kehendak semestinya. Mungkin itu cara untuk melihat otot yang benar, mencerna kata yang benar. Yang terlebih dulu diolah dan disepoikan angin pantai untuk membuatnya sejuk dan berpasir. Pasire ra masuk sumpah.

Ngapain juga harus  saling rasan-rasan, saling lirik melirik, kalau disini semua satu ketawa. Mungkin itu caranya untuk melihat keindahan. Harus ngrasain dulu air lemon sebelum ngrasain air gula. Selalu ada hal yang perlu untuk dimengerti.

Kalau udah kaya gini rasanya pengen berpelukan satu angkatan. Yang udah nggak satu gedung lagi, yang udah mencar kesana kemari. Dan rindu kebersamaan. Halah galau meneh. Menye tenan. Kalau udah gini terus mbayangin, ketika menjalani kelas mereka yang baru masing-masing dari mereka melihat ke arah luar jendela pagi yang cerah, mengingat sebuah kisah dimasa lalu yang patut untuk dipelajari dan disenyumi. Mereka senyum teringat dan mengakhiri galaunya sambil menyirat ‘ah biarkan itu indah.’

Salam anti galau,
Author.

Saturday, June 9, 2012

Little Candle

"You're my little candle. Who have small light. And will be brighter and brighter". 

Bukan hanya contek diwaktu pagi. Renang sore, renang minggu pagi. Bukan cuma Bimo, Fadhil, Afif, atau semua. Yang pentas seninya solawatan di tengah bangsal. 100 days of school. Tumpeng kuning dan Pak Ridwan. Konflik saling membelakangi. Sapaan dipagi hari. Homoan absen PM. PES di UKS. I called them friends.

Bukan hanya bentak meja bentak kursi bentak mulut. Pulang pagi. Tangis tak mengerti. Cemburu buta. Tatib balkot. Tawa bersambung. Pusing bersambung. Forum sidang pertanggungjawaban. Konflik H-1 pelantikan. Percaya hujan membawa kemenangan. Tidur masal di masjid. Misuh saja misuh saja pas latihan! I called it MPK, OSIS, Kartika.

Bukan hanya jemputan yang terlambat di GOR. Bukan hanya tentang melupakan. Bukan hanya angkringan oranye. Bukan hanya tawa capai di depan Sambas. Bukan hanya bolos. Bukan hanya bohong dan bohong. Bukan hanya pulang pagi. Bukan hanya tangis jelas di depannya. Bukan hanya sendok yang dibengkokkan. Bukan hanya perak yang kuhampiri. Bukan hanya teh dikala pusing disiram hujan. Bukan hanya antaran ke rumah nenek. Bukan hanya semangat diwaktu malam. Bukan hanya Benteng Verdeburg. Bukan hanya ayam ayam. Bukan hanya mempertahankan argumen hingga pagi. Bukan hanya diskusi jambu bertiga. I called them special persons.

Bukan hanya kimia yang menjamur oleh masalah remaja. Bukan hanya tangis yang terluapkan tentang kekhawatiran masa depan. Bukan hanya tentang cara menghargai orang tua. Bukan hanya cara menjadi seseorang. Bukan hanya jagung yang manis menunggu. Bukan tentang pendopo yang coklat. Bukan hanya gorengan hangat. Cerita hingga pagi. I called them best friends.

Bukan hanya suara yang sekejap hilang ketika melompat. Bukan hanya Ali Maksum. Bukan hanya evaluasi. Bukan hanya hujan ke kantor pendaftaran. I called them team.

Tawa. Foto. Cerita. Hangat. Senyum. Mengerti. Tidak mengerti. Khawatir I called them brothers.

Suara yang merintih menggetarkan. Hentakan tegas. Sindiran tajam. Tanya penasaran. Tangis keprihatinan. Tanya kebingungan. Tugas. I called them love.

Hari ini wisuda. Baru benar-benar merasa kehilangan seangkatan. Sebelumnya nggak pernah memikirkan. Sebelumnya sih biasa aja. Ngeliat setiap senyum para pemandu suara. Liat setiap langkah Amna. Ngrasain setiap salim. Liat setiap lensa pengenang. Banyak yang belum keluar dari hati, dan nggak dikeluarin juga. Banyak yang belum sempat terekam, dan nggak mau diabadikan juga. Banyak yang belum terceritakan juga, dan nggak mau dikeluarin juga. Karena yakin, ini bukan akhirnya.

Let the phase end. Forever not for better. Let's give the world some light.

Glory,
Mrs. Thea's Little Candle.

Thursday, June 7, 2012

Lingkaran dan Kotak Itu

Baru post yang bener-bener pertama dari blog baru ini *buka plastiknya*. Jadi ini tentang ava twitter yang aneh yang biasa tak pake.
Cuma kotak dan lingkaran. Analogikan saja kotak itu masalah/ pikiran/ keputusan/ batasan pemikiran. Dan lingkarannya itu pikiran kita.
Ketika ada masalah datang dan membutuhkan keputusan, munculah kotak itu.
Ketika kita mulai memikirkan solusi, lingkaran itu mulai keluar.

Dan kita memikirkan apa yang terbaik untuk kita, dan lingkaran itu membesar.
Dan kita masih mencari apa yang terbaik untuk masalah kita/ keputusan kita. Dan lingkaran itu semakin membesar.
Dan ketika lingkaran itu telah menyentuh kotaknya, itulah saatnya kita mengambil keputusan. karena memang harus ada batasannya. Kalo enggak, galau sampe kapan nggak bakal ketemu keputusannya. Dan tidak semua sisi dari lingkaran bakal menutup kotaknya. Karena memang tidak ada perbuatan yang benar-benar menguntungkan untuk kita, yang bener-bener hanya memberikan kita sisi positifnya. Bagian putih yang kosong itu, resiko yang harus kita ambil.

Jadi, beri batasan, take a risk!

Tough,
Author.