Jogja tu kurangnya satu: live bar. Satu bar panjang, beberapa round table tanpa taplak, panggung yang nggak begitu tinggi, dan momen chill yang bisa bareng-bareng atau sendiri. Aku pernah denger, bartender bisa jadi teman terbaikmu. Nggak semua orang datang ke bar bareng-bareng. Nggak semua orang datang ke bar untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Ketika dateng sendiri dan tidak ingin bersosialisasi dengan banyak orang, siapa yang diajak ngobrol? Benar, bartender. Bukan juga tentang curhatnya apa atau interaksinya seintens apa, tapi pertanyaannya: apa yang dia pikiran dan rasakan ketika tau banyak sisi dari orang lain?
Apa kombinasi paling bagus di awal 2020 selain korona dan ramadhan? Korona membuat kita tetap di rumah, ramadhan membuat kita tidak bisa makan. Beban ramadhan tahun ini serasa dua kali lipat. Bukber nggak ada, sahur bareng nggak ada, reuni nggak ada, cuma sahur buka di tempat yang sama dengan orang yang sama.
Seperti bartender, ramadhan kali ini mendengarkan cerita kita yang sedang datang sendiri. Kalau kita datang hanya untuk berkunjung dan tidak membawa cerita, dia menawarkan makanan dan minuman yang sedang ia temukan. Satu dua menu diberikan agar kita merasa tenang. Satu dua menu diberikan untuk kita memahami keadaan. Satu dua menu disajikan agar kita paham dan siap dengan kenyataan. Ramadhan mendengarkan dengan cermat, kadang ia menemukan celah-celah di mana celetukan-celetukan serampangan namun benar bisa masuk. Mungkin ramadhan bisa menjadi bartender langganan. Dengar-dengar dia lahir di arab ya?
No comments:
Post a Comment