Semalam berbincang bersama sahabat lama. Diantara jus
pisang, mengembalikan obrolan hangat yang udah berbulan hilang. Topik meluncur
dari topik tabu (IP kuliah) sampe bab gebet menggebet. Setelah beberapa kisah
cinta anak kuliah menguap, ada beberapa bagian membenang merah, masih tentang cinta mencinta, ada beberapa tanda
yang datang menyertai:
Daging diantara mesin
Daging itu bertumbuh sedangkan mesin ditumbuhkan. Ketika
seseorang melihat yang lain seperti mesin, mempasif, hanya tentang keteraturan,
dan rutinitas. Maka jika dia, sosoknya seolah hidup, menghidupkan, ataupun
saling terhidupkan. Sedangkan kepada yang lain tidak.
Pohon diantara listrik
Pohon yang jejer-jejer dengan tiang listrik. Ketika yang
lain hanya sebagai penyambung hidup yang tegak dan dingin, pohon bisa berdiri hangat
memberi kehidupan. Tidak hanya yang berlalu cepat sudah saja. Tapi sempat
mampir untuk diam menghirup makna, bersantai mengingat hari, sandaran
relaksasi, atau yang setia menunggu kembali dengan ikatan tanpa sadari.
Kata diantara tanda
Ketika berkata dengan yang lain berakhir dengan “oh iya”
“iya to?” atau “welok!”, iya, berkata dengan yang lain selalu berakhir dengan
tanda. Tapi jika tentang dia, ada kata yang selalu berturut dan tergambarkan
kabur untuk dia, kata yang terasa dan terbata halus.
Koma diantara titik
Ketika berbicara dengan orang lain cepat bertemu titik,
dengannya selalu ada koma dan sulit berakhir. Hingga saling bingung mencari
cara untuk mengakhiri jamuan pertemuan yang cepat malam.
Ah naif, cinta selalu naif untuk diberbincangkan. Kadang
cinta sesederhana daging, pohon, kata, bahkan koma. Atau kadang cinta semaknanya
menjadi orang yang terpahami atau semaknanya terperosok dan butuh seseorang
untuk bilang “nggak papa, ayo berdiri.” Berlogika tentang cinta membuat sadis,
berasa dengan cinta membuat naif. Bahkan menulis tentang cinta dengan berusaha
menggabungkan logika dan rasa, seolah koyo
cah kurang turu (orang kurang tidur,
ealah).
Ya semoga kekurang-turuanmu membimbingmu kepada sang daging,
sang pohon, sang kata, sang koma. Lengkap, tanpa kurang. Cheers! *tos jus
pisang*
No comments:
Post a Comment